Tiga
(3) Kriteria Yosua sehingga dipercayai Tuhan:
#
HIDUP TAAT
Keluaran 17:10, “…Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa
kepadanya dan berperang melawan orang Amalek…..”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia;
kata taat diartikan sebagai: senantiasa tunduk atau patuh. Taat tanpa bertanya
dan mempertanyakan segala sesuatunya, Yosua mengambil keputusan untuk taat
melakukan apa yang diperintahkan Musa.
Dalam
Yakobus 4:7, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan
lari dari padamu!” Kata tunduk kepada Allah memberikan makna tentang
ketaatan yang sepenuh hati. Hidup dalam ketaatan terhadap Firman Tuhan menjadi
hal yang mutlak.
#
TIDAK MELAKUKAN DOSA
Dalam Keluaran 32:17-18, “Ketika Yosua
mendengar suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi
sorak peperangan kedengaran di perkemahan.” Tetapi jawab Musa: “Bukan bunyi
nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan -- bunyi orang menyanyi
berbalas-balasan, itulah yang kudengar.” Yang akhirnya diketahui itu suara
orang-orang Israel yang sedang menyembah Patung Lembu Emas yang mereka buat sebagai pemujaan. Dalam
peristiwa ini, Tuhan memerintahkan Musa untuk naik ke Gunung Sinai selama 40
hari untuk menerima kedua Loh Batu yang berisi 10 Perintah Allah, dan Yosua
sebagai abdinya dengan setia mengiring, menunggui Musa di bukit sampai Musa
turun dari Gunung Sinai. Jelaslah disini bahwa Yosua tidak terlibat dengan dosa
yang sedang dilakukan oleh orang-orang Israel dalam penyembahan berhala.
Hidup dalam kekudusan, kesucian dan
kesalehan menjadi unsur yang penting. Dosa menjalar dengan sangat cepat dan
mempengaruhi berbagai kalangan, usia, strata pendidikan dan sosial masyarakat;
baik di perkotaan maupun di daerah-daerah. Jenis, kualitas dosa dan kejahatan
makin meningkat dari pembunuhan, mutilasi, pemerkosaan, korupsi, narkoba,
kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap anak, pelecehan seksual dan tindak
kejahatan dalam berbagai pekerjaan dan usaha. Yosua menjadi pribadi yang tidak
melibatkan diri dengan dosa.
Dalam Lukas 4:13 dikatakan, “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan
itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik” Ayat ini
mengingatkan kepada kita untuk senantiasa berjaga-jaga dan melawan setiap
godaan, tipu daya iblis dalam kehidupan kita. Dalam 1 Petrus 5:8, dinyatakan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah…..”
Kata sadar (bahasa Yunani: nepho) artinya “berpikiran sehat” dalam melawan
setiap godaan iblis. Sebab itu kita harus penuh dengan Firman Tuhan; renungkan
Firman Tuhan, perkatakan Firman Tuhan dan hidupilah Firman Tuhan, agar
perjalanan kita berhasil dan beruntung.
#
KESUKAANNYA HADIRAT TUHAN
Daud membiasakan dirinya 7 kali sehari
memuji dan menyembah Tuhan, Daniel sudah terbiasa dengan 3 kali sehari berdoa,
memuji dan menyembah Tuhan, Yesaya bangun setiap pagi untuk menjumpai Tuhannya.
Dalam Keluaran 33:7 dan 11
dikatakan: “Sesudah itu Musa mengambil kemah dan membentangkannya di luar
perkemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap orang
yang mencari TUHAN, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar
perkemahan.” Musa diperintahkan Tuhan membuat Kemah Pertemuan yang
disebut juga Tabernakel Musa yang terdiri dari tiga bagian; Halaman, Ruang
Kudus dan Ruang Maha Kudus. Di dalam Ruang Maha Kudus terdapat Tabut Perjanjian
tempat kehadiran Allah, dimana siang hari ada Tiang Awan dan di malam hari ada
Tiang Api sebagai kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya.
Ayat
11, “Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan
berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah
ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda,
tidaklah meninggalkan kemah itu.” Yosua memiliki kesukaan tinggal dalam
Kemah Pertemuan, yaitu Kemah tempat Kehadiran Tuhan. Ditengah-tengah
kesibukannya, ia tetap melakukan hal itu sebagai prioritas dalam hidupnya.
Keintiman membuat pengurapan terus mengalir kedalam bejana hidup kita, karena
itu jangan sampai kita kehilangan kehausan dan kerinduan akan hadirat Tuhan. Semakin
banyak duduk diam di bawah kaki Tuhan akan meningkatkan kepekaan dalam roh
kita. Ketika dalam hadirat Allah; naikkanlah doa seperti Musa: “Tuhan
kami tidak akan bergerak kalau Engkau tidak berjalan di depanku…..”
Sumber: Warta GBI MP.