"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di
Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala
pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau
tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai
mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian,
bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan
menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian
Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab
itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah
lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang
kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau
tidak bertobat. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala
perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:
Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di
Taman Firdaus Allah." (Wahyu 2:1-7)
Mengapa
Yesus sampai mencela mereka? Apakah kasih mula-mula menjadi sangat penting bagi
Yesus, bahkan melebihi segala pekerjaan/pelayanan yang telah jemaat lakukan
dengan tidak mengenal lelah?
Kasih
menjadi sangat penting bagi Tuhan Yesus karena ini berbicara mengenai diri
Tuhan Yesus. Ketika seseorang dikatakan “meninggalkan kasih mula-mula”, itu
bukan hanya sekedar perasaan emosional belaka, namun memiliki pengertian yang
dalam bahwa orang tersebut telah menjauh dari Tuhan Yesus sendiri. 1 Yohanes 4:8 berkata, “Barangsiapa
tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.”
Aktifitas yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaan/pelayanan kepada Tuhan
dan jemaat-Nya harus dilandaskan pada kasih kepada Kristus; bukan karena
identitas suatu Gereja, bukan karena hal tersebut memberikan perasaan enak bagi
kita, bukan juga untuk mencari pujian dan penghargaan dari orang lain. Motivasi
utama kita dalam bekerja dan melayani adalah karena Tuhan Yesus mengasihi kita
dan kita mengasihi Tuhan Yesus. Saat kita kehilangan fokus dan motivasi dasar ini
maka lambat laun pasti kita akan menjauh dari Dia dan akhirnya berfokus pada
diri sendiri.
Tuhan
Yesuslah yang memperlengkapi jemaat dengan kekuatan dan karunia roh yang
dibutuhkan untuk berkarya di atas muka bumi ini. Namun itu semua tidak ada
artinya jika jemaat melakukannya tanpa didasari kasih kepada Tuhan. Pesan yang
sama juga telah didengungkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 13:1-4 bahwa tanpa kasih, maka segala
pekerjaan/pelayanan yang kita klaim untuk Tuhan dan jemaat-Nya; serta semua
karunia yang kita terima dari pada-Nya menjadi hal yang tidak ada gunanya.
Tuhan Yesus mengingatkan kita, agar jangan sampai lupa bahwa alasan utama kita
melayani-Nya yaitu karena Ia sudah terlebih dahulu mengasihi kita.
Kasih
menjadi penting bagi Tuhan karena itu juga berbicara tentang bagaimana kita
hidup dengan sesama anak-anak-Nya yang lain. Kehidupan anak-anak Tuhan haruslah
di dasarkan kasih-Nya kepada kita. Kasih yang sama yang kita terima dari Tuhan,
kini dipraktekkan kepada sesama orang percaya. Meninggalkan kasih mula-mula
adalah hal yang buruk bagi setiap orang percaya oleh karena hubungan yang
terjadi adalah hubungan semu, yang selalu mengharapkan pamrih. Ini adalah hal
yang sangat tidak disukai oleh Tuhan. Rasul Yohanes dalam 1 Yohanes 4:19-21 berkata, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu
mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan
ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah,
ia harus juga mengasihi saudaranya.” Ayat ini berbicara dengan sangat gamblang;
bahwa kita tidak dapat meng-klaim diri kita mengasihi Allah tetapi membenci
saudara seiman dan demikian juga sebaliknya.
Bagaimana
cara kita tetap pada KASIH MULA-MULA, bahkan terus bertambah dalam kasihnya
kepada Tuhan dan sesama?
# BERTOBAT
Ujilah
segala motivasi pekerjaan/pelayanan yang kita lakukan saat ini untuk siapa dan
untuk apa. “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan
datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau
engkau tidak bertobat” Wahyu 2:5.
# HIDUP DALAM
KEPENUHAN ROH KUDUS
Kita
tidak bisa hidup tanpa Roh Kudus karena Dia yang mengaruniakan kemampuan kepada
kita untuk melayani-Nya dan jemaat-Nya, Dia juga yang membuat roh kita
menyala-nyala dan berbicara kepada kita dari waktu ke waktu.
# JANGAN
SEPELEKAN KASIH KARUNIA TUHAN
Salah
satu pengajaran Nikolaus adalah menggampangkan kasih karunia Tuhan yaitu dengan
beranggapan apapun yang kita lakukan dalam hidup tidak akan berpengaruh kepada
hubungan kita dengan Tuhan. Kasih karunia justru harus kita hargai dengan cara
hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
# JADILAH
PEMENANG
Tuhan
Yesus sudah menyelamatkan kita dan menjadikan kita lebih dari pemenang. Jika
kita menjalankan hidup kita dengan mengandalkan kekuatan sendiri, maka kita
akan gagal menjadi pemenang.
# INGAT SELALU
YANG TELAH TUHAN BERIKAN
Kita
yang seharusnya binasa selama-lamanya, oleh karena kasih karunia dan
pengampunan-Nya, sekarang kita akan dinantikan untuk hidup kekal bersama-Nya
selama-lamanya.
Hiduplah
senantiasa dengan tidak melupakan KASIH MULA-MULA KITA kepada Tuhan dan
teruslah hidup di dalam-Nya sampai Tuhan Yesus datang untuk kali yang kedua.
Amin.
Tuhan
Memberkati.
Sumber: Warta Sepekan
GBI PelNus