Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Markus 12:30-31

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label HISTORI. Show all posts
Showing posts with label HISTORI. Show all posts

Friday, October 11, 2013

It is well with my soul


Pernahkah Anda mendengar/menyanyikan sebuah lagu rohani berjudul ‘It is well with my soul’? Well, jika direnung-renungkan secara pribadi lagu ini pasti akan sangat menyentuh hati Saudara. Lirik, melodi dan alunannya seakan mengajak kita untuk merenungkan segala kejadian yang telah kita alami. Ia seperti berusaha mengingatkan kita pada sesuatu yang masih utuh di balik setiap kehilangan yang kita alami. Tahukah Anda cerita di balik penciptaan lagu ini? Ada tragedi pilu yang melatarbelakanginya.
Penciptanya bernama Horatio G. Spafford. Pada akhir tahun 1860-an, ia dapat dikategorikan sebagai orang yang kaya raya. Dari rahim istrinya, Anna, Tuhan mengaruniakan lima orang anak. Spafford adalah seorang ahli hukum yang sukses di Chicago, Amerika. Di jamannya, ia sangat aktif dalam gerakan reformasi dan selalu membuka pintu rumahnya bagi setiap aktifis lainnya. Meski ia sangat sibuk, sebagai seorang Kristen yang taat ia masih menyempatkan dirinya untuk turut melayani di gereja sebagai penatua.
Kelihatannya keluarga Spaffor hampir memiliki segala hal, dan sangat berkelebihan. Ia memiliki investasi besar di bidang perumahan elit di daerah tepi Danau Michigan. Akan tetapi, semua itu tidak bertahan lama. Tahun 1870 adalah tahun yang berat, iman mereka diuji di dalam penderitaan yang terjadi atas diri mereka. Anak keempatnya yang bernama Horatio, Jr., menemui ajal karena wabah penyakit. Spafford sangat terpukul menerima kenyataan itu. Ujian pun mendatanginya kembali. Pada tahun 1871, seluruh investasi perumahan yang dibangunnya mulai dari nol mengalami kebangkrutan. Ia rugi besar! Situasi itu semakin buruk karena setelahnya, pada bulan Oktober di tahun itu juga, terjadi kebakaran besar di Chicago (daerah tempat tinggal mereka). Kebakaran itu sangat besar, sehingga hampir seluruh Chicago musnah. Ada 250 orang yang meninggal dan 90.000 orang kehilangan tempat tinggalnya.
Pada November 1873, ia beserta istri dan empat anaknya berniat mengikuti pelayanan Moody di Inggris. Tetapi karena kesibukan pekerjaannya, Horatio akhirnya mengatur perjalanan istri dan empat anaknya untuk berlayar lebih dahulu sementara ia berniat menyusul mereka setelah urusannya bisnisnya selesai. Malangnya, perjalanan istri dan anaknya bernasib naas. Sebuah kecelakaan menenggelamkan kapal yang mereka tumpangi. 226 penumpang tewas. Anna, sang istri, yang berhasil selamat, sedangkan empat puterinya tenggelam dan meninggal di tengah laut.
"Hanya aku sendiri yang selamat. Apa yang harus aku lakukan?", demikian kabar telegram yang dikirimkannya kepada suaminya. Horatio segera berangkat menyusul istrinya dengan kapal. Di tengah perjalanan di laut, Horatio yang merasa sangat sedih akan kehilangannya yang bertubi-tubi, terilhami untuk menulis sebuah lirik sebagai seruan kepedihan sekaligus kepercayaannya:
When peace, like a river, attendeth my way,
Ketika kedamaian seperti sungai di jalanku terbentang
When sorrows, like sea billows, roll
Ketika kesusahan seperti gulungan laut bergelombang
Whatever my lot, Thou hast taught me to say:
Apa pun bebanku, Engkau membimbingku
It is well, it is well, with my soul.
Tenanglah, tenanglah jiwaku
Though Satan should buffet, though trials should come,
Meskipun iblis terus menyerang, dan pencobaan terus datang
Let this blest assurance control,
Biarlah jaminan mulia Allah memimpinku
That Christ has regarded my helpless estate,
Bahwa Kristus telah menebus ketakberdayaanku
And hath shed His own blood for my soul.
dan menumpahkan darahNya untuk menyelamatkan jiwaku

 
Lagu yang diciptakannya setelah peristiwa tragis ini punya makna, bahwa apapun yang terjadi di dalam hidup, baik atau buruk pun itu, Tuhan akan tetap menghibur jiwa kita. Jikapun kita merasa sendirian dalam penderitaan itu, Tuhan akan menunjukkan anugerahNya bagi hidup kita selanjutnya, sehingga dengan demikian, kita dapat menjadi perpanjangan tanganNya untuk menolong orang lain.

Sekarang, lagu ciptaannya telah diterjemahkan ke dalam ribuan bahasa, termasuk bahasa Batak, untuk dapat meneguhkan jutaan hati manusia. Anda dapat menemukan versi Bataknya dalam Buku Ende HKBP No. 213:
    Dung Sonang Rohangku
    Dung sonang rohangku dibaen Jesus i.
    Porsuk pe hutaon dison.
    Na pos do rohangku di Tuhanta i,
    Dipasonang tongtong rohangkon.
    Sonang do, sonang do,
    Dipasonang tongtong rohangkon.



God Blessing.
Share:

Definition List

Unordered List

Support