Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Markus 12:30-31
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Pernahkah
Anda mendengar/menyanyikan sebuah lagu rohani berjudul ‘It is well with my
soul’? Well, jika direnung-renungkan secara pribadi lagu ini pasti akan sangat
menyentuh hati Saudara. Lirik, melodi dan alunannya seakan mengajak kita untuk
merenungkan segala kejadian yang telah kita alami. Ia seperti berusaha
mengingatkan kita pada sesuatu yang masih utuh di balik setiap kehilangan yang
kita alami. Tahukah Anda cerita di balik penciptaan lagu ini? Ada tragedi pilu
yang melatarbelakanginya.
Penciptanya bernama Horatio G. Spafford. Pada akhir tahun
1860-an, ia dapat dikategorikan sebagai orang yang kaya raya. Dari rahim
istrinya, Anna, Tuhan mengaruniakan lima orang anak. Spafford adalah seorang
ahli hukum yang sukses di Chicago, Amerika. Di jamannya, ia sangat aktif dalam
gerakan reformasi dan selalu membuka pintu rumahnya bagi setiap aktifis
lainnya. Meski ia sangat sibuk, sebagai seorang Kristen yang taat ia masih
menyempatkan dirinya untuk turut melayani di gereja sebagai penatua.
Kelihatannya
keluarga Spaffor hampir memiliki segala hal, dan sangat berkelebihan. Ia
memiliki investasi besar di bidang perumahan elit di daerah tepi Danau
Michigan. Akan tetapi, semua itu tidak bertahan lama. Tahun 1870 adalah tahun
yang berat, iman mereka diuji di dalam penderitaan yang terjadi atas diri
mereka. Anak keempatnya yang bernama Horatio, Jr., menemui ajal karena wabah
penyakit. Spafford sangat terpukul menerima kenyataan itu. Ujian pun
mendatanginya kembali. Pada tahun 1871, seluruh investasi perumahan yang
dibangunnya mulai dari nol mengalami kebangkrutan. Ia rugi besar! Situasi itu
semakin buruk karena setelahnya, pada bulan Oktober di tahun itu juga, terjadi
kebakaran besar di Chicago (daerah tempat tinggal mereka). Kebakaran itu sangat
besar, sehingga hampir seluruh Chicago musnah. Ada 250 orang yang meninggal dan
90.000 orang kehilangan tempat tinggalnya.
Pada
November 1873, ia beserta istri dan empat anaknya berniat mengikuti pelayanan
Moody di Inggris. Tetapi karena kesibukan pekerjaannya, Horatio akhirnya
mengatur perjalanan istri dan empat anaknya untuk berlayar lebih dahulu
sementara ia berniat menyusul mereka setelah urusannya bisnisnya selesai.
Malangnya, perjalanan istri dan anaknya bernasib naas. Sebuah kecelakaan
menenggelamkan kapal yang mereka tumpangi. 226 penumpang tewas. Anna, sang
istri, yang berhasil selamat, sedangkan empat puterinya tenggelam dan meninggal
di tengah laut.
"Hanya aku
sendiri yang selamat. Apa yang harus aku lakukan?", demikian kabar
telegram yang dikirimkannya kepada suaminya. Horatio segera berangkat menyusul
istrinya dengan kapal. Di tengah perjalanan di laut, Horatio yang merasa sangat
sedih akan kehilangannya yang bertubi-tubi, terilhami untuk menulis sebuah
lirik sebagai seruan kepedihan sekaligus kepercayaannya:
When peace, like a river, attendeth my way,
Ketika kedamaian seperti sungai di jalanku terbentang
When sorrows, like sea billows, roll
Ketika kesusahan seperti gulungan laut bergelombang
Whatever my lot, Thou hast taught me to say:
Apa pun bebanku, Engkau membimbingku
It is well, it is well, with my soul.
Tenanglah, tenanglah jiwaku
Though Satan should buffet, though trials should come,
Meskipun iblis terus menyerang, dan pencobaan terus datang
Let this blest assurance control,
Biarlah jaminan mulia Allah memimpinku
That Christ has regarded my helpless estate,
Bahwa Kristus telah menebus ketakberdayaanku
And hath shed His own blood for my soul.
dan
menumpahkan darahNya untuk menyelamatkan jiwaku
Lagu
yang diciptakannya setelah peristiwa tragis ini punya makna, bahwa apapun yang
terjadi di dalam hidup, baik atau buruk pun itu, Tuhan akan tetap menghibur
jiwa kita. Jikapun kita merasa sendirian dalam penderitaan itu, Tuhan akan
menunjukkan anugerahNya bagi hidup kita selanjutnya, sehingga dengan demikian,
kita dapat menjadi perpanjangan tanganNya untuk menolong orang lain.
Sekarang, lagu
ciptaannya telah diterjemahkan ke dalam ribuan bahasa, termasuk bahasa Batak,
untuk dapat meneguhkan jutaan hati manusia. Anda dapat menemukan versi Bataknya
dalam Buku Ende HKBP No. 213: