“Kemudian
Aku akan kembali dan membangunkan kembali pondok Daud yang telah roboh, dan
reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang
lain mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut
milik-Ku demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini.” (Kisah Para Rasul 15:16-17)
Sasaran
dari pemulihan pondok Daud tidak hanya berhenti di doa, pujian dan penyembahan
saja, tapi harus berdampak kepada penginjilan, yaitu membawa kepada penuaian
jiwa. Amos 9:11-13 berkata, “Pada
hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan
menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan
membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala, supaya mereka menguasai
sisa-sisa bangsa Edom dan segala bangsa yang Kusebut milik-Ku,"
demikianlah firman TUHAN yang melakukan hal ini. Sesungguhnya, waktu akan
datang," demikianlah firman TUHAN, "bahwa pembajak akan tepat
menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan
meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran.”
Edom
adalah satu bangsa yang tidak diijinkan Tuhan masuk beribadah ke dalam bait
Allah. Pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, mereka harus melewati padang
gurun karena Edom menolak Israel untuk melintasi daerah mereka, dengan harapan
bangsa Israel mati di padang gurun (Bilangan
20:14-21). Namun, saat pondok Daud dipulihkan, keselamatan bukan hanya
diperuntukkan untuk bangsa Yahudi saja, tapi juga menjangkau orang Edom dan
segala bangsa yang disebut milik-Nya. Pemulihan pondok Daud bukan saja akan
membawa penuaian jiwa-jiwa, tapi juga penuaian berkat-berkat (Amos 9:13). Saat pondok Daud
dipulihkan, akan terjadi penuaian jiwa dan berkat. Jika seseorang dipakai dalam
pemulihan pondok Daud, maka orang tersebut akan dipakai Tuhan juga dalam
penuian. Jika gereja tidak menuai, sebaiknya direview kembali, bagaimana
kehidupan doa, pujian dan penyembahannya. Jika gereja berdoa, memuji dan
menyembah dengan benar, gereja itu pasti akan menuai.
Dalam
pujian dan penyembahan, jangan hanya terpaku pada permainan musik saja, tapi
biarlah sasaran kita ada pada jiwa-jiwa. Yohanes
4:35 berkata, “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi
Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang
sudah menguning dan matang untuk dituai.” Media yang kita pakai, baik
itu alat-alat musik, sound system dan lain sebagainya, adalah sarana untuk menuai
jiwa-jiwa.
Yohanes 16:13 berkata, “Tetapi
apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” Adalah penting untuk
menjaga hati kita agar tetap bersih dan tidak terluka. Jika hati luka, kita
tidak bisa mendengar suara Roh Kudus yang bekerja dan berbicara dengan lembut.
Tuhan akan mempertajam telinga seperti seorang murid orang-orang yang mau
meluangkan waktu untuk mendengarkan-Nya. Wahyu
19:10c berkata bahwa kesaksian Yesus adalah roh nubuat. Sebagai imam musik,
bukan hanya membawa pujian dan penyembahan saja, tapi juga harus dapat menyampaikan
Firman. Kita harus memiliki dan mengejar karunia nubuat karena gereja dibangun
dengan nubuat. 1 Korintus 14:4
berkata, “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya
sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.” Kita harus
menyampaikan perkataan-perkataan yang membangun. Kita tidak bisa membangun,
jika kita tidak memiliki roh nubuat. Untuk memperoleh itu, kita harus masuk ke
dalam penyembahan. Yohanes 15:26
berkata, “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh
Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” Roh
Kudus hanya bersaksi untuk satu pribadi, yaitu Kristus.
Mazmur 73:17 berkata, “Sampai
aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.”
Dalam kekudusan, tidak ada yang tersembunyi. Penyembahan dimulai dari pengenalan
kita akan Tuhan. Bagaimana kita mengenal Tuhan sangat ditentukan oleh
pengenalan kita. Semakin dalam pengenalan kita, semakin dalam penyembahan kita.
Yohanes 4:22-24 berkata, “Kamu menyembah
apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab
keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah
tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh
dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
Kita
akan melihat mujizat saat tenggelam dalam penyembahan. Kita sulit bertemu
dengan Tuhan karena kurang mengenal-Nya. Hosea
4:6 berkata, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang
menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena
engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.”
Seorang imam harus mengajar hukum-hukum Tuhan dan pengertian tentang segala
sesuatu di surga. Kepada imam Tuhan mempercayakan sebagai seorang yang boleh
datang mendekat. Kata ‘imam’ dalam
bahasa Ibrani adalah kohen yang
berarti ‘to draw near’ atau ‘datang mendekat’. Suku Lewi yang
dipanggil menjadi imam adalah satu-satunya suku yang paling mengerti Tuhan
karena mereka diperbolehkan datang mendekat pada Tuhan. Pemusik dan penyanyi
disebut sebagai imam. Kita harus mengenal Allah kepada siapa kita melayani;
kalau tidak, bagaimana kita menyembah dan melayani Allah yang hidup.
Ketika
tabut Allah ada dirumahnya, Tuhan memberkati Obed Edom dan seisi rumahnya.
Namun ada imam-imam yang ditolak Tuhan. Matius
7:21 berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga.” Para imam yang menolak pengenalan akan Tuhan dan tidak mau
mendalami serta mempelajari Firman Tuhan akan ditolak Tuhan juga menjadi imam.
Yesaya 59:1-2 berkata bahwa
yang membuat kita terpisah dari Tuhan dan tidak bisa mendekat adalah dosa. Cara
iblis menjerat kita sehingga terjatuh dalam perangkap dosa bukan hanya dengan
keinginan kita, tapi juga pada waktu kita tidak peduli dengan Firman Tuhan. Kalau
Adam tidak didorong oleh ambisi, dia tidak akan termakan jebakan iblis.
Keyakinan kita akan Firman goyah saat ambisi masuk. Arti kata ‘dosa’ dalam bahasa Yunani adalah ‘hamartia’ yang berarti ‘pelanggaran akan hukum Allah’. Setiap
imam tahu tentang apa yang baik dan tidak baik. Hati kita akan kehilangan damai
saat melakukan pelanggaran dan pelanggaran akan hukum membuat kita berdosa.
Jika ada dosa, maka akan ada pemisah yang memisahkan kita dengan Tuhan. Jika
tidak ada Firman yang menerangi, kita tidak akan tahu kemana melangkah. Firman
yang akan menuntun kita hari demi hari. Yang menuntun kita apakah kita bisa
datang mendekat adalah pengenalan kita. Pewahyuan kita sangat mempengaruhi
langkah hidup kita.
Sebagai
seorang imam, haruslah membawa permohonan doa untuk pengampunan dosa,
menyampaikan pesan dan melepaskan berkat. Setahun sekali pada waktu hari raya pendamaian,
imam besar masuk kedalam ruang maha kudus dengan terlebih dahulu menguduskan
dirinya. Imam besar akan membawa seluruh doa dan beban dari sebelas suku dan
bangsa yang dilayani. Pada waktu bertemu Tuhan, dia akan membawa permohonan doa
disertai dengan ucapan syukur. Imam besar ini menerima pesan-pesan dari Tuhan
dan akan kemudian menyampaikan kepada bangsa. 1 Tawarikh 25:1-5 mencatat bahwa Asaf, Heman dan Yedutun bukan saja
penyanyi, pemusik dan penyembah, tapi mereka adalah imam-imam yang menggunakan
alat musik untuk bernubuat. 1 Korintus
14:3-4 berkata bahwa orang yang berbahasa roh membangun dirinya sendiri,
tapi siapa bernubuat, membangun, menasihati dan menghibur jemaat. Imam musik
kekurangan pewahyuan dan tidak memiliki karunia untuk melihat dan mendengar
karena tidak mau mengangkat beban. Saat bersedia mengangkat beban, Tuhan akan
memberikan Firman. Sebagai imam, kita menjadi perantara yang bersyafaat dan
membawa umat masuk ke dalam tempat kudus Tuhan. Saat jemaat bertemu Tuhan,
mereka akan berubah. Kita sendiri juga harus berubah terlebih dahulu, kalau
tidak, kita tidak dapat membawa jemaat untuk berubah. Tugas imam adalah
mengangkat dan membawa hadirat Tuhan. Kalau tidak membawa apa-apa, tidak bisa
bertemu dengan Tuhan.
Melayani
Tuhan untuk jangka panjang ada bosannya. Apa yang membuat kita bisa bertahan adalah
gairah, passion. Janganlah kita melayani dengan pesimis. Dari ketiga hal yang
diajarkan Alkitab: iman, pengharapan dan kasih: yang terbesar adalah kasih.
Kita harus menjaga cinta kita pada Tuhan tetap menyala dan hidup dalam kasih
terhadap sesama. Hati kita akan berada di tempat di mana kita mengasihi.
Seluruh kekuatan kita akan tercurah kesana.
Tuhan
Memberkati.
Source: GBI Rayon4
Medan
0 comments:
Post a Comment